🐀 Cerpen Tentang Guru Yang Sabar

Dipostingdalam: Dongeng Diarsipkan dalam: cerita pendek, Cerita Pendek tentang Kesabaran, cerpen tentang kesabaran, Dongeng Cerita Pendek. 10 Pelajaran Hidup Penting Yang Harus Kamu Pelajari Dari Cristiano Ronaldo. Kisah mengenai guru yang melakukan kesalahan di depan para muridnya ini, bisa dijadikan video motivasi semangat untuk kita GuruKu Motivasi Hidup Ku. Tidak terasa sebentar lagi tanggal 25 November. Dimana semua siswa Indonesia akan memperingati hari guru. Jika aku melihat jasa para guru, itu sangat berjasa sekali bagiku. Guru tidak pernah lelah untuk memberikan semua ilmunya, yang kelak akan bermanfaat untukku di masa depan. Tanpa guru aku bukanlah siapa-siapa. PendekatanStruktural. 1. Tema. Kesungguhan dan komitmen seorang murid untuk membalas jasa guru. Contohnya, Azizah berusaha gigih menganyam tudung saji untuk dihadiahkan kepada Cikgu Zaleha sempena Sambutan Hari Guru setelah usahanya untuk mendapatkan wang sebanyak sepuluh ringgit daripada ibu bapanya untuk membeli hadiah Guruterdiri dari 4 huruf yang memiliki makna besar. Begitu pentingnya sosok seorang guru bagi kehidupan. Mereka mendidik serta membangun karakter anak bangsa. Tepat di hari guru ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas segala jasa yang telah bapak ibu guru berikan kepada saya dan kita semua. Semoga kami bisa membalas jasa kalian semua. Jarakyang jauh dari rumah ke sekolah dan alasan biaya membuatnya memilih untuk naik sepeda motor ke sekolah. Ditambah lagi pekerjaannya sebagai seorang guru menuntutnya agar ia memberi contoh yang baik tentang kedisiplinan. Cukup 20 menit waktu yang dibutuhkan Salman untuk sampai di SMA tempat ia mengajar. Ini adalah tahun pertama A Fakta Kemanusiaan (Human Facts) Prinsip dasar pertama dari strukturalisme genetik adalah fakta kemanusiaan. Fakta kemanusiaan adalah hasil dari perilaku manusia yang dapat dengan jelas dipahami, atau dengan kata lain adalah segala hasil aktivitas manusia atau perilaku manusia baik yang verbal maupun fisik, yang berusaha dipahami ilmu Inibukan masalah kesetiakawanan, akan tetapi ini masalah keberanian. Sering aku mendengar cerita-cerita aneh tentang gang ini. Ada orang yang pernah kalap (nyasar ke alam lain) ketika berjalan di gang ini sendirian. Ada juga yang menceritakan kalau gang ini banyak makhluk dedemitnya semisal pocong, kuntilanak, gendruwo dan sebagainya. ResumeBuku Antologi Cerpen Inspiratif "18 Cerita Menggugah" Dapatkan link; aku bersyukur bisa masuk perguruan tinggi Islam, banyak yang kupelajari, tentang berbagi, tentang sabar, tentang besyukur”. Kemudian ibuku menjawab, “Nak, kalau kita baik dengan orang maka orang tersebut akan baik kepada kita, kalau orang itu jahat sama kita Rekomendasifilm tentang guru yang bagus untuk kamu tonton di Hari Guru 2020 adalah Sokola Rimba, Dangerous Minds, To Sir With Love, Stand & Deliver. Butet juga harus sabar banget menghadapi para orang tua yang masih memandang Sebenarnyakutipan menarik tentang rokok yang pernah diposting Ustaz Aa Gym di akun Twitternya. Isinya: “Bagi guru yang masih merokok sebaiknya memilih, berhenti merokok atau berhenti jadi guru. Murid perlu teladan yang baik.” Di ruangan berpendingin 18 derajat celcius itu, Yasin seperti disidang. Sudah ada Pak Bobby yang menjadi guru BK. -kisah sabar yang paling mengharukan-- Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Namunaku berusaha untuk tetap sabar dan tegar saat berada di hadapannya. Guru – guru pun telah mengenal kami sebagai empat sekawan yang selalu kompak dan selalu akur . Ku rasa banyak teman – teman lain yang merasa iri kepada kami berempat,apalagi saat mereka melihat kekompakkan kami . Hanya mampu menanti suatu keajaiban tentang apa b2jz. Hai Sobat Guru Penyemangat, apakah kamu adalah kakak yang sayang terhadapa adikmu, atau kamu adalah adik yang disayang oleh kakakmu?Ehem. Kisah kakak-adik memang penuh dengan suka duka, ya. Yang namanya saudara kandung tentu memiliki rasa saling peduli yang saja, tidak semua orang bisa menginterpretasikan kepedulian itu dengan cara yang sama. Seperti hasil penjumlahan dari angka dua. Tidak hanya 1+1, namun 9-7, 3-1, dan 0+2 hasilnya sama dengan berarti bahwa banyak jalan untuk menghadirkan di sini bakal menyajikan cerpen inspiratif tentang kakak yang sayang terhadap disimak yaCerpen Ayum di Kala HujanOleh Fahmi Nurdian SyahAyum adalah bocah yang gemar sekali memakai kaus oblong, berencana bermain bola bersama kawan sekampungnya setelah menghabiskan makan lodeh sisa kemarin terasa asin setelah beberapa kali dihangatkan, telah dilahap habis dalam sekejab karena lapar, Ayum hanya tidak sabar untuk bergabung bersama teman-teman yang menunggunya di lapangan dekat baru saja ia meletakkan piring kotor ke sumur, rintik gerimis mulai berjatuhan di atas kepala ia berlari mengentas pakaian kering yang dijemur di samping rumah dan membawanya masuk. Ibunya sedang tidak di rumah saat ini, bantu-bantu di acara pernikahan Mbak Dewi, anak kepala desa yang rumahnya berjarak cukup jauh dengan rumah ia dipasrahi ibunya untuk mengurus beberapa pekerjaan rumah menggantikan semakin lebat, tapi tak memadamkan niatnya untuk bermain bola, mau hujan-hujanan sekali pun. Toh, ia berencana pulang sebelum ibunya sampai di rumah Magrib. Ibunya tidak akan tahu, bisa marah kalau sampai ketahuan.“Mas, mau ke mana?” Suara lirih itu muncul ketika Ayum sampai di ambang pintu depan. Maya, adik perempuan Ayum baru saja bangun dari tidur siangnya. “Ke lapangan, kamu kok udah bangun, May. Kan baru sebentar kamu tidurnya,” tukas Ayum. “Jangan pergi, Mas, nanti aku sendirian.” Maya mulai merengek. “Sebentar aja, kok. Maya kan udah kelas satu, pasti berani jaga rumah sendirian.”Wajah Maya semakin tertekuk dan memerah, tiba-tiba tangisnya pecah. Dengan memelas gadis itu menghampiri abangnya.“Kok nangis sih, May? Biasanya kan kamu main di rumah sendirian!”Ayum mulai menaikkan suaranya kesal, hujan telah melebat, meski samar ia bisa mendengar sorak sorai dari telah bersenang-senang tanpanya, sementara Maya bersikukuh menahannya di rumah. Tangisan Maya semakin kencang, tangan mungilnya meraih ujung kaus Ayum sambil menarik-nariknya kecil. “Jangan tinggalin!”Semua suara seolah meledak-ledak dalam telinga Ayum membuat kepalanya serasa berputar, dalam hatinya ia dongkol karena rencananya hancur berkeping-keping dalam laki-laki tersebut mendorong adiknya hingga terjerembab ke lantai, Maya semakin histeris.“Diam dong, May! Jangan nangis lagi!” seru Ayum setengah panik, agaknya ia langsung merasa menyesal sampai hati memperlakukan adiknya seperti hampiri Maya yang masih terduduk di lantai dan membantunya berdiri. Kemudian ia baru menyadari sesuatu yang salah.“May, kamu ….” Ayum menyentuh kening Maya yang telah basah oleh keringat. Suhunya panas. “Kamu sakit, May?” Ayum jawaban berarti yang keluar dari mulut Maya selain rintihan dan kilas ingatan tadi pagi terputar di otaknya, ketika ibunya berpesan untuk mengurus rumah saat kepergiannya juga menjaga adik hanya mengiyakan saja saat itu, bahkan tak menyadari Maya yang sejak pagi tidak keluar dari saja ibunya telah memberitahunya bila Maya sedang demam, namun Ayum tak mendengarkan lantaran sibuk dengan tayangan kartun favoritnya di ibunya telah memberi amanah padanya, bagaimana bisa ia sampai lalai dan membuat adiknya kesakitan seperti ini?“May, kamu tunggu sebentar, ya?” Ayum bergegas meluncur ke bufet di tengah ruangan, membuka laci di sayap kiri tempat ibunya biasa menaruh obat dan salep di ia hanya menemukan wadah tablet kosong obat pereda demam anak yang biasa ibu berikan pada Maya saat cara mendapatkan obat itu adalah membelinya di toko kelontong milik Pak Samin di RT sebelah. Cukup jauh kembali kepada Maya yang masih berdiri gamang, berusaha meredakan isakannya. “May, obatmu habis, Mas harus beli ke toko. Kamu Mas tinggal sebentar, ya?”“Enggak mau … jangan tinggalin aku, Mas. Maya takut sendirian.”Ayum bisa paham, di hujan selebat itu rawan pemadaman listrik secara tiba-tiba di daerahnya. Mana tega ia membiarkan Maya sendirian di rumahnya yang Ayum memutar otak, kaki lincahnya berlari ke teras yang telah dibanjiri kubangan air hujan. Kepalanya melongok ke kanan dan ke kiri tak sabar.“Mbah! Mbah Woh!” seru Ayum berusaha memanggil sosok tua yang sedang menyapu air hujan dari lantai teras di sebelah rumah, dipanggil tak menyahut, tidak dengar. Suara Ayum kalah dengan suara gemas Ayum berlari menembus tirai hujan menghampiri Mbah Woh. Alangkah terkejutnya beliau melihat bocah gundul itu sekonyong-konyong muncul di sisi terasnya.“Duh Ayum, kaget aku! Kirain tuyul!”Biasanya Ayum akan mencak-mencak tak terima setelah dikatain “tuyul” oleh Mbah Woh seperti kali ini ia sama sekali tidak sempat, kekhawatirannya terhadap Maya jauh lebih menguasainya.“Boleh minta tolong jagain Maya? Aku mau beli obat buat dia,” jelas Ayum langsung.“Loh, Nduk Maya lagi sakit?”“Iya Mbah, aku enggak lama, Kok!” Ayum Woh seketika meletakkan sapu ijuk yang dipakainya. “Iya kamu pergi sana biar Maya mbah yang jagain, hati-hati lagi hujan jalanan licin. Pakai paying, kan?”“Aku naik sepeda, Mbah. Lebih cepat.”Mbah Woh mengangguk. Maya telah aman bersama Mbah Woh di rumah. Dengan tergesa, Ayum menuntun sepeda usangnya keluar dari kayuh pedal sepedanya sekuat yang ia bisa, jalanan utama di kampungnya masih berupa tanah setapak yang langsung berubah jadi kubangan lumpur ketika musim medan yang dilauinya membuat Ayum lebih berhati-hati, ia tak ingin jatuh dan membuat badannya bau melewati padang lapangan yang dipenuhi kawan sepermainannya. Bocah itu hanya menatap mereka getir sembari terus mengayuh sepedanya.“Woy! Ipin mau kemana?” tegur Ali, salah seorang temannya yang kerap mengusilinya dengan memanggilnya “Ipin”.“Aku enggak main dulu!” balas Ayum sambil memelesat melintasi hujan yang sedari tadi mengguyurnya tanpa ampun kini mulai membuat tubuh kurus bocah kelas enam sekolah dasar tersebut menggigil dari ujung kepala plontosnya hingga ke ujung jari melewati jalanan utama ia akan lebih lambat sampai ke tujuan, Ayum pun membanting setang sepedanya belok melewati gang kecil di antara kebun terong dan di sana hamper banjir oleh air yang telah naik melewati parit. Bagai mengayuh dalam air, kakinya terasa amat bukan Ayum namanya kalau ia menyerah begitu depan terdapat pohon tua gundul yang cabangnya menjorok ke atas seperti jari-jari menyeramkan milik penyihir di televisi, di situlah ia harus berbelok, melewati jalan menurun yang membayangkan dirinya berada di atas tubuh seekor naga berbentuk ular yang melaju kencang menembus dan mulus, itu yang ia harapkan hingga dilihatnya persimpangan yang menunjukkan jalan yang lebih lapang di depan. Ia nyaris Samin sedang menyeruput kopi hangatnya di emperan toko yang teduh ketika Ayum baru sampai di tokonya. “MasyaAllah! Kamu sampai hujan-hujanan gini ke toko mau beli apa, Nak?” tanya Pak Samin cenderung heran. “Obat Pak, cepat! Maya lagi sakit di rumah!”Hujan sedikit mereda ketika Ayum berada di perjalanan pulang, kantung plastik yang ia gantung di setangnya telah ia parkirkan sepedanya sembarangan di halaman yang berlumpur, Ayum bergegas masuk. Hanya saja ia tak menyangka, sang ibu telah berada di kamar Maya bersama adiknya yang telah terlelap. “Ibu … Maya udah tidur?” tanya Ayum.“Baru saja, dia manggilin kamu terus, loh. Kamu dari toko kata Mbah Woh?” jawab ibunya kalem. Wajahnya datar tak menampakkan ekspresi yang sadar bahwa ia langsung masuk ke rumah tanpa mengeringkat kakinya atau badannya terlebih langsung terkatup, melirik ibunya ragu. Takut ibunya akan marah selepas ini, beliau paling tak suka ada lumpur di lantai rumah.“Eh Kak Ayum udah pulang, obatnya udah dapat?” sambut Mbah Woh yang muncul dari arah dapur, membawa senampan teko berisi minuman hangat—kentara dari uap yang menyembul keluar—dan beberapa mengangguk pelan tanpa berminat menjawab.“Ibu lupa kasih tau kalau obatnya Maya ibu taruh di atas kulkas.” Kali ini ibunya kembali bicara, wajah ayunya yang semakin dipenuhi keriput tersenyum tipis.“Kamu langsung beli obat baru rupanya, rumah udah dirapikan, jemuran juga sudah diangkat. Ibu senang kamu kakak yang bisa diandalkan.”“Bapak di surga pasti juga bangga sama Ayum.” Ibunya melanjutkan, Ayum semakin bungkam menahan tangis haru.~ Selesai ~ Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ada momen yang menarik pada saat Upacara hari guru di sekolah, Pembina upacara pada saat memberikan amanat menunjuk beberapa perwakilan kelas untuk menyampaikan pesan dan kesannya terhadap hari guru. Putra dari kelas IX maju pertama kali kemudian disusul Zahtan dari kelas VIII kemudian Kayla dari kelas VII ditambah lagi Dede dari kelas IX. Mereka disuruh untuk menyampaikan pesan dan kesannya. Untuk kesan mereka semua menyampaikan rasa terimakasih kepada guru-guru dan merasa bersyukur bisa merasakan Sekolah seperti saat ini. Sedangkan pesannya mereka bertiga juga menyampaikan pesan yang sama bahwa bapak ibu guru harus menjadi guru yang sabar dan dikuatkan lagi pesan dari Ananda Dede bahwa bapak ibu guru dimohon untuk bersabar dan lebih bersabar lagi menghadapi anak-anak dalam kegiatan pembelajaran. Dari isi pesan yang disampaikan murid, penulis menggaris bawahi bahwa jadi guru yang sabar dalam menghadapi murid di kelas terutama pada saat kegiatan pembelajaran. Penulis mencoba memahami apa yang sebenarnya diinginkan murid tersebut adalah sebuah kewajaran mengingat pada masa pandemi covid 19 pembelajaran sempat terhenti dan terganggu sehingga murid mengalami kesulitan dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru sehingga perlu kesabaran dalam menghadapi murid di kelas. Guru yang sabar adalah guru yang dicintai murid-muridnya. Hal ini membuat murid dapat lebih mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru dan akan memberikan kesan yang mendalam sampai murid tersebut lulus dalam pendidikannya, dengan demikian tujuan dari pendidikan dan pembelajaran akan dapat tercapai dengan beberapa usaha agar menjadi guru yang sabar agar dicintai murid diantaranya adalah Tumbuhkan kesadaran bahwa setiap murid itu unik dan istimewa, bersikap sabar tidaklah semudah mengucapkannya apalagi dalam sebuah tindakan. Seorang guru yang sabar harus bisa memahami karakteristik muridnya bahwa mereka adalah unik dan istimewa. murid yang dihadapi bukan hanya satu atau dua orang tapi ratusan dan mereka memiliki keunikan masing-masing, yang tidak mungkin disamaratakan. kesadaran bersumber dari hati nurani,agar dapat memahami karakteristik murid yang unik dan istimewa maka seorang guru harus berinteraksi dengan baik agar tumbuh kesadaran bahwa setiap murid itu unik dan istimewaLuruskan niat, menjadi seorang guru bukan hanya sekedar profesi saja yang dapat penghasilan akan tetapi lebih dari itu, diantaranya bagaimana seorang guru dapat mendidik dan mengajar murid agar dapat memiliki kemampuan sesuai yang ditentukan. seorang guru akan bangga jika muridnya dapat berkontribusi bagi bangsa dan negara, ilmu yang disampaikan bermanfaat dan berguna bagi kehidupannya, oleh karena itulah dengan meluruskan niat bahwa menjadi guru juga termasuk ibadah maka kesabaran menjadi point utama seorang guru dan kesabaran sangat dibutuhkan dalam mendidik dan mengajar murid dengan segala komunikasi yang baik, dengan komunikasi yang baik dan sehat maka dapat membentuk hubungan emosional dimana hal tersebut akan membuat hubungan menjadi lebih bermakna. Oleh karenanya komunikasi antara guru dengan murid harus terjalin dengan baik, seorang guru yang sabar bukan berarti tidak marah-marah saja akan tetapi bisa membangun interaksi yang efektif dengan murid sehingga seorang guru tidak gampang menyalahkan murid akan tetapi bisa memahami apa yang dirasakan oleh berpikir positif, seorang guru yang sabar harus mempunyai pikiran yang positif terhadap muridnya terutama dalam menghadapi murid yang bermasalah. seorang guru perlu membangun pemikiran bahwa semua anak itu adalah baik sehingga jika mendapati murid yang tidak baik maka tinggal digali apa penyebab murid berbuat tidak baik, jangan selalu menghakimi bahwa anak itu salah dan tidak benar tanpa mencari tahu pokok melakukan refleksi dan evaluasi, salah satu kewajiban atau tugas pokok seorang guru adalah melakukan refleksi dan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan tugas kita dari awal sampai akhir kegiatan, dengan merefleksi dan mengevaluasi maka guru mengetahui apa kelemahan dan kelebihannya sehingga akan dapat memperbaiki kelemahannya pada pertemuan berikutnya dan mempertahankan kelebihannya bahkan ditingkatkan lagi. Refleksi bisa dilakukan dengan meminta murid untuk menilai proses pelaksanaan kegiatan seorang guru baik secara lisan maupun tulisan, sehingga hasil refleksi bisa kita analisa dan dijadikan acuan untuk memperbaikinya. Menjadi seorang guru adalah profesi mulia dengan memiliki kesabaran maka seorang guru akan dicintai murid, dampak positifnya murid dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan nyaman dan menyenangkan tanpa ada perasaan takut dan paksaan. Maka terus berproseslah semua guru untuk memiliki tingkat kesabaran yang setinggi-tingginya dan tanamkan niat bahwa kerja itu adalah ibadah yang tidak mudah untuk lelah dan gundah. Tanamkan terus ajaran Ki Hajar Dewantara "Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani". selamat hari Guru Nasional Lihat Pendidikan Selengkapnya Hai, Sobat Guru Penyemangat, sudahkah kamu mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional kepada Gurumu Tercinta?Semoga sudah, ya, karena ucapan tersebut adalah secarik apresiasi sederhana yang mudah untuk disampaikan namun memiliki kesan yang mendalam bagi seorang ucapan Hari Guru sampai ke telinga guru dari tulusnya perkataan siswa, seketika itu pula guru merasa lebih bahagia di hari bahagianya daripada itu, di sini pula ingin menghadirkan cerpen dengan tema Hari Guru tentang Hari Guru berikut berisikan tentang motivasi dan inspirasi seorang guru untuk membangun pemikiran para Silakan langsung disimak saja yaCerpen Tentang Hari Guru Mengapa Bukan Guru SajaOleh Ozy V. Alandika“Indah, coba kamu maju ke depan dan kerjakan soal berikut ini?”“Indah kan sudah bisa, Bu. Mengapa kok Indah lagi yang maju, Bu?”Bu Guru yang mendengar bantahan halus dari seorang siswinya itu sontak terdiam namun tetap tersenyum seraya melirik siswa lain yang kira-kira masih jarang untuk maju ke memang demikian. Sebagai seorang siswi SMP kelas IX tingkahnya cukup nyeleneh. Biarpun demikian, dia bukanlah siswa yang nakal. Remaja ini pun menghormati guru, bahkan ia selalu mendapat peringkat 7 besar selama dua tahun ya, karena satu tahun terakhir dia masuk kelas unggulan, sikapnya mulai berubah dan sering menguji tiga bulan yang lalu, seorang mahasiswi yang sedang praktik mengajar dibikin menangis oleh Indah. Sengaja ia lemparkan soal sulit untuk menguji kemampuan guru PPL.“Coba Faris saja ya yang membantu Ibu mengerjakan soal di papan tulis. Hitung-hitung menambah pahala ilmu. Hehe.”Bu Guru tidak ambil pusing dengan sikap Indah. Ia tidak mau merusak konsentrasi siswa sekelas hanya gara-gara ingin memojokkan Indah seorang. Sudah pasti nanti Indah akan ngelunjak dan emosinya makin Baca Cerpen Guruku Pahlawanku*“Indah, hari ini Ibu minta tolong kamu yang mengerjakan soal berikut, ya. Soalnya tidak sulit, kok. Kita mengulang materi sejenak. Agar apa yang kalian pelajari tetap berbekas di ingatan.”“Yang lain saja ya, Bu. Indah tadi kan nilainya sudah dapat 100. Rasanya Indah sudah cukup mengerti dengan materi pelajaran di papan tulis.”“Ya sudah, kali ini Ibu minta tolong kepada Alan untuk mengerjakan soal Matematika di papan tulis. Tolong buatkan jalannya juga ya.”Berbeda dengan Indah, Alan pun sontak langsung maju ke depan dengan ceria. Alasannya sungguh bisa ditebak, bahwa soal di papan tulis sangatlah mudah. Bahkan, agaknya siswa peringkat terakhir di kelas ini pun bisa mengerjakan soal tersebut dengan soal di papan tulis dikerjakan dengan benar, Bu Guru pun mulai mengajukan pertanyaan kepada siswa.“Anak-anak sekalian, pernahkah kalian melihat pedagang mangga di pasar tradisional?”“Pernah, Bu.”“Apakah mangganya dijamin manis?”“Ada yang manis, tapi ada pula yang asam, Bu.”“Nah, cobalah kalian amati pedagang tersebut. Walaupun menjual mangga yang manis, para pedagang tidak segan mengorbankan sebuah mangga untuk kemudian dicicipi oleh calon pembeli. Apakah kalian tahu alasannya?”“Demi bisa memastikan bahwa mangga tersebut benar-benar manis, iya kan, Bu?”“Lho, tapi kan tadi pedagangnya sudah bilang bahwa mangganya manis?”Anak-anak pun terdiam seraya mengangguk. Tanpa memberi penjelasan tambahan pun seisi kelas sudah sangat mengerti bahwa manisnya sebuah mangga tidaklah cukup diwakili dengan kata-kata. Harus ada pembuktian, yaitu dengan diuji.“Oke, anak-anak, jadi kalian sudah mengerti kan mengapa Ibu menguji kalian untuk mengerjakan soal di papan tulis?”“Mengerti, Bu.”Termasuk Indah. Indah pun mulai menata kembali fokusnya pada kelas itu. Dirinya mulai menerima penjelasan Bu Guru, tapi masih ada satu pertanyaan terbesar yang mengganjal Baca Cerpen Belajar di Rumah Selama Pandemi“Bu, Indah boleh bertanya, kah?”“Iya, Indah. Silakan.”“Begini, Bu. Ibu kan sudah tahu tentang jawaban benar maupun salah sebuah soal. Mengapa tidak Ibu saja yang langsung memberitahu kami mana jawaban yang benar? Bukankah hal tersebut lebih cepat dan simpel, Bu?”Bu Guru pun tersenyum seraya menghela napas. Dalam hatinya, ada segenggam syukur dan kesal yang saling berpadu. Bersyukur karena ada siswa yang aktif bertanya, namun sedikit kesal gara-gara tingkah seorang siswa yang sangat akhirnya, ia memaklumi bahwa begitulah kegiatan belajar-mengajar. Mirip seperti desain kehidupan yang diperankan oleh seluruh anggota kelas.“Wah, bagus ini pertanyaannya. Baiklah, Indah, pertanyaannya mau Ibu jawab dengan panjang atau singkat saja, nih?”“Panjang dong, Bu. Hehehe,” pungkas Indah seraya tersenyum lebar“Baiklah, anak-anak sekalian. Karena tadi kita sudah bahas mangga dan sekarang ini di desa masih musim mangga, maka kita ulas kembali soal mangga, ya? Hehehe. Begini, sebelum menjawab pertanyaan Indah, Ibu ada pertanyaan untuk kalian semua. Menurut kalian, mengapa kok pekebun mangga malah memilih untuk menjual mangganya ke pasar atau ke gudang buah?”“Tentu saja agar mendapat keuntungan, Bu?” jawab siswa serentak“Lho, bukannya mangga tersebut bisa dikonsumsi sendiri?” bantah Bu GuruPara siswa pun berpikir sejenak, dan hanya butuh beberapa detik, Indah pun langsung mengancungkan tangannya.“Waduh. Pasti bosan si pekebun mangga karena makan mangga tiap hari. Bisa jadi mereka juga akan mengalami kerugian.”“Nah, betul sekali. Pas jawabannya. Anak-anak sekalian, Bu Guru maupun seluruh guru di dunia ini tidak ada bedanya dengan pekebun mangga. Jika Ibu hanya memakan ilmu untuk diri Ibu sendiri, maka sudah barang tentu diri ini akan mengalami kerugian tersebab sedikitnya memberi manfaat kepada orang lain.”Siswa seisi kelas pun sudah sangat mengerti dengan analogi inspiratif yang Bu Guru sampaikan. Indah pula demikian. Seuntai tanyanya sudah dijawab tuntas oleh Bu Guru.“O ya, anak-anak. Perlu kalian ketahui, Mustafa Kemal Ataturk dalam kutipannya mengatakan bahwa guru itu laksana lilin yang rela membakar dirinya sendiri demi menerangi jalan orang lain. Jadi, sampai di sini, adakah nanti dari kalian yang ingin menjadi guru seperti Ibu?”Beberapa siswa pun mengancungkan tangan dengan bangga, karena ternyata cita-cta mereka memang ingin menjadi seorang guru.“Wah, kalau begitu, pada Hari Guru nanti kami perlu berusaha lebih dalam mengapresiasi dan membahagiakan guru, bukan begitu, Bu?” tanya seorang siswa“Salah, temanku. Mengapresiasi dan membahagiakan guru tidak perlu menunggu hingga Hari Guru tiba, bahkan semestinya kita lakukan setiap hari,” tegas IndahBel pun berbunyi sebagai penanda usainya pelajaran di kelasnya Indah dan kawan-kawan. Tampak seluruh siswa sudah lebih ceria dari sebelumnya, yang menandakan bahwa tidak ada lagi kebingungan di antara mereka.*TAMAT*Nah, demikianlah tadi secarik cerpen sederhana tentang kisah guru dan murid di dalam kelas yang bisa Guru Penyemangat sajikan dalam rangka menyambut Hari Guru Nasional Tahun bermanfaat dan menginspirasi, ya.

cerpen tentang guru yang sabar